Alat Musik Tradisional Aceh – Suku Aceh merupakan suku atau penduduk Asli yang bermukim di ujung paling barat pulau Sumatera.
Memiliki banyak sejarah, menjadikan Suku ini menjadi salah satu Suku yang cukup terkenal di Nusantara.
Dulunya, mayoritas penduduk Aceh memeluk agama Hindu, sebelum Islam masuk ke Indonesia.
Setelah Islam Masuk ke Nusantara, Nanggroe Aceh Darussalam menjadi salah satu wilayah dengan pemeluk agama Islam yang sangat religius.
Islam pertama kali masuk di Aceh dan berkembang di masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda.
Di bawah pemerintahan yang di pimpin oleh Sultan Iskandar Muda, Aceh mengalamai masa kejayaan nya.
Setelah Sultan Iskandar Muda wafat, digantikan oleh Sultan Iskandar Thani di masa ini kejayaan wilayah Aceh masih terjaga dengan baik.
Kejayaan kerjaan Aceh, tidak terlepas dari lokasi nya yang strategis, hingga banyak sekali pedagang dari penjuru dunia yang transit di sini.
Selain itu, pada Abad 15 M banyak jamaah Haji sebelum sampai di Arab Saudi, transit terlebih dahulu di Aceh sehingga kota ini memiliki julukan baru, yaitu “Kota Serambi Mekah”.
Alat Musik Tradisional Aceh
Dari berbagai sejarah itulah Aceh memiliki struktur kebudayaannya sendiri.
Selain perkembangan Aceh yang begitu pesat dan sejahtera, Aceh juga memiliki kesenian yang begitu beragam.
Dari Seni Rupa (kaligrafi,dll), Seni Tari (tari saman,dll),hingga Seni Musik (alat musik,dll).
Seni musik juga memiliki berbagai bidang dari segi suara dan segi alat musiknya.
Untuk anda yang ingin tahu lebih lanjut mengenai alat musik tradisional Khas Suku Aceh, bisa anda simak di bawah ini.
1. Serune Kalee
Sarunee kalee atau sering disebut juga dengan kata Serunai merupakan alat musik tiup yang berasal dari Aceh dan memiliki struktur hampir sama dengan klarinet.
Alat musik ini terbuat dari kayu yang sifatnya padat,keras namun ringan. Kalian dapat menjumpai Sarune Kalee ini diwilayah Pidie, Aceh Utara, Aceh Barat, dan Aceh Besar.
Sarune Kalee ini digunakan sebagai pengiring instrumen pada pertunjukkan musik Aceh yang biasanya diiringi dengan geundrang, rapai, dan instrumen tradisional lainnya. Selain pada pertunjukkan musik, alat musik ini dugunakan untuk berbagai upacara adat yang dilakukan di Aceh.
2. Rapai
Rapai merupakan alat musik yang cara penggunaanya dipukul menggunakan tangan kosong atau tanpa alat pemukul (stik).
Rapai merupakan jenis alat musik perkusi yang digunakan untuk mengatur tempo,ritme,dan gemerincing saat pertunjukan.
Terbuat dari kulit kambing atau sapi yang ditempelkan pada kayu khusus berbentuk bundar dan direkatkan dengan lempengan logam.
Menurut sejarahnya, Rapai mulai masuk di Aceh pada abad ke-11M yaitu di Banda Khalifah (sekarang disebut Gampong Pande) yang dikenalkan oleh penyair Islam yang berasal dari Baghdad yaitu Syech Ahmad bin Rifa’i atau lebih sering disebut Syech Rapi.
Rapai terbagi atas 6 jenis, yaitu:
- Rapai Daboih
- Rapai Gerimpheng
- Rapai Kisah/Hajat
- Rapai Anak
- Rapai Pase/Gantung
- Rapai Pulot
Rapai dimainkan oleh sekelompok orang yang beranggotakan 8-12 orang.
Biasanya ditunjukkan saat ada perayaan atau upacara seperti pernikahan,sunatan,ulang tahun,maulud Nabi, dan lain sebagainya.
Pertunjukan ini tanpa menggunakan alat pengeras suara karena suara tabuhan Rapai yang serentak dapat terdengar dari jarak 5-10 km.
3. Calempong
Alat musik ini berasal dari Kabupaten Tamiang,Aceh. Calempong terdiri atas 5-7 buah yang disusun diantara kedua kaki pemainnya.
Calempong memiliki panjang 5-7 cm dan lebar 6-8 cm setiap calempongnya.
Calempong merupakan alat musik tradisional perkusi yang dimainkan dengan alat pemukul,dan dimainkan oleh kaum wanita biasanya para gadis-gadis muda.
Calempong kini diperkirakan sudah berusia lebih dari 100 tahun sejak ditemukannya di Kabupaten Tamiang, Aceh.
Celempong biasanya digunakan untuk mengiringi beberapa tarian adat Aceh, misalnya tari inai.
4. Genggong
Alat musik ini disebut alat musik idieofon karena di mainkan dengan cara dipetik senarnya.
Genggong terbuat dari bambu, daun palem atau pelepah enau, kayu atau logam.
Cara memainkanya cukup unik yaitu dengan cara mendekatkanya ke rongga mulut lalu menarik senar atau utas tali yang yang sudah dihubungkan dengan lidah getar yang berada pada alat musik Genggong atau memetik lidah getar menggunakan logam yang berbentuk lamela,dan mulut difungsikan untuk resonator.
5. Kecapi Olah
Kecapi olah ini dimainkan dengan cara dipukul. Alat musik ini berasal dari wilayah Alas, Aceh.
Sama dengan alat musik tradisional dari Aceh lainnya Kecapi Olah ini juga digunakan untuk mengiringi pertunjukan-pertunjukkan tari tradisional Aceh.
6. Kecapi Aceh
Sejatinya Kecapi Aceh dan Kecapi Olah itu berbeda, Kecapi Olah dimainkan dengan cara dipukul, sedangkan Kecapi Aceh ini dimainkan dengan cara dipetik (ideofon).
Bahan baku untuk membuat alat musik ini yaitu bambu, bambu yang dipilih memiliki usia yang sudah lumayan tua.
Jenis bambu yang digunakan yaitu olog reglu dan oloh untung.
Kecapi berasal dan berkembang di Tamiang, Aceh. Kecapi juga lebih sering digunakan untuk menghibur diri setelah bekerja di teras rumah, pemain kecapi biasanya adalah para wanita.
Karena senarnya terbuat dari bambu nama alat musik ini kemungkinan diperkirakan sudah lama lahir yaitu saat masa Hindu atau para pedagang Islam sehingga alat ini didatangkan untuk sarana penerjemah pada saat itu.
7. Geundrang
Geundrang merupakan alat musik tradisional dari Aceh yang lebih sering dijumpai di wilayah Aceh Besar, Aceh Utara, dan Pidie.
Alat musik ini berbentuk silinder dengan panjang 40-50 cm dan berdiameter 18-20 cm. Terbuat dari kulit sapi yang tidak tebal, kulit kambing, rotan, atau bahkan kulit nangka.
Dikedua ujungnya diberi kerincingan dengan tujuan agar saat ditalu terdapat suara gemerincing yang padu untuk dikompilasikan.
Geundrang difungsikan sebagai pelengkap tempo. Alat musik ini dapat terdengar hingga 3-4 km jauhnya.
Geundrang tidak memiliki warna tempo, karena bergantung pada tarikan kulitnya yang ketat.
Alat musik ini dapat dimainkan dengan duduk bersila, derdiri atau tersampir dibahu.
Stik pemukul Geundrang diletakkan di tangan kanan, bagian stik saat memukul juga harus diperhatikan.
Jika ingin menghasilkan nada yang tajam maka menggunakan bagian stik yang bengkok, jika ingin menghasilkan nada sedang/moderat dapat menggunakan bagian pada sisi atau pinggir stik.
Sedangkan untuk menghasilkan nada rendah atau bass pukul bagian sisi kiri Geundrang dengan tangan kosong.
Suara gemerincing juga dapat dihasilkan dengan memukul bagian kerincingan yang diletakkan di Geundrang.
8. Bereguh
Bereguh ini merupakan alat musik tradisional Aceh dalam kategori aerofon (ditiup).
Bereguh merupakan alat musik tradisional yang asli berasal dari Aceh serta berkembang dan lebih sering dijumpai pada wilayah Aceh Utara, Aceh Besar, dan juga Pidie.
Alat musik ini merupakan alat musik tradisional yang sangat unik yaitu terbuat dari tanduk kerbau.
Pada zaman dahulu Bereguh digunakan untuk mengirim sinyal dengan sesama pemburu dihutan saat sedang berburu.
Alat musik ini digunakan dengan cara ditiup ujung meruncing dan melengkungnya.
Namun, nada yang dapat dihasilkan sangat bergantung pada peniup saat memainkannya, karena umumnya Bereguh memiliki rentang nada yang terbatas.
9. Bangsi Alas
Bangsi Alas atau juga yang sering disebut dengan BANSI ALAS merupakan alat musik tiup (aerofon) yang ditemukan dan dilestarikan di Lembah Alas, Kabupaten Aceh Tenggara.
Bangsi sendiri digunakan untuk mengiringi Tari Landok Alun.
Alat musik ini memiliki karekteristik dengan panjang 41 cm dan diameter selebar 2,8 cm dengan 7 lubang diatasnya dan setiap lubangnya semakin besar.
Dari 7 lubang tersebut memiliki fungsi tersendiri dan susunannya terdiri atas 6 lubang nada dan 1 lubang udara yang letaknya berdekatan dengan tempat untuk meniup.
Pada ujung Bangsi tersebut ditutup dengan buku bambu Bangsi itu sendiri, dan sisi ujung yang satu ditutup dengan gabus.
Daun Kuang (daun pandan) di gunakan untuk menutup bagian Bangsi yang ditutup gabus dan membiarkan berlebihan (sedikit melewati bambu), dan dari situ lah Bangsi ditiup dengan menempelkan kedua bibir.
10. Teganing
Teganing atau Mulai terbuat dari bambu pilihan yang ruasnya lebar dan berumur tua.
Teganing berasal dari Gayo, Aceh Tengah, dan Kabupaten Bener Meriah.
Cara membuatnya dengan memberi lubang pada bambu yang dikenal dengan kekepak dan menorehkan tali sepanjang 3 buah tanpa boleh terputus maupun terpisah dari bambu.
Memainkan teganing harus menggunakan stik yang disebut pegeul kemudian dipukulkan ke talinya menggunakan tangan kanan sedangkan tangan kiri memukul badan.
Teganing biasanya digunakan untuk memperbaiki repa’i atau gegedem sebagai tingkah lakunya.
Suara ketiga tali ini bisa distem sebagai fungsinya Canang, Memong dan Gong dengan pengganjal yang difungsikan untuk memisahkan antara tali dengan bambu.
11. Canang
Canang dapat ditemukan di wilayah masyarakat Tamian, Gayo, Aceh, dan Alas.
Penduduk Aceh lebih sering menyebutnya dengan “CANANG TRIENG” bentuknya hampir mirip dengan gong hanya berbeda dengan ukurannya yang lebih kecil.
Cara penggunaanya pun berbeda, jika gong digunakan dengan cara digantung, Canang diletakkan dilantai.
Karena terbuat dari kuningan sudah dipastikan bahwa warna canang adalah kuning.
Sama seperti alat musik yang lain Canang juga digunakan untuk mengiringi tarian tradisional, selain itu juga Canang dapat digunakan sebagai penanda saat oarang-orang berkumpul dialun-alun untuk memberi informasi/berita dari sang pimpinanan/raja.
Bisa juga untuk ikut serta dalam pertemuan raja ataupun pemerintahan lain dikawasan tersebut.
12. Arbab
Arbab termasuk dalam alat musik kordofon (bersumber dari dawai/tali) karena memang dasarnya Arbab terbuat dari dawai/tali, kayu, batok kelapa, dan kulit kambing.
Arbab dibagi dengan dua bagian utama.
Bagian utama pertama “senar tali, kayu, batok kelapa,dan kulit kambing” yang disebut “Arbab” dan bagian utama kedua berbentuk busur yang disebut “Go Arbab” yang terbuat dari serat rotan, kayu atau tanaman.
13. Taktok Trieng
Taktok Trieng dapat ditemukan di wilayah kabupaten Pidie, Aceh Besar dan wilayah kabupaten lainnya.
Taktok Trieng terbuat dari bambu. Alat musik ini dimainkan untuk mengiringi irama.
Taktok Trieng dibagi menjadi dua, yaitu diletakkan di Meunasah (tempat ibadah umat Islam) musholla,langgar-langgar,tempat pertemuan dll dan juga digunakan disawah.
14. Tambo
Alat musik ini sudah dikenal dari zaman dahulu kala.
Tambo difungsikan sebagai alat komunikasi yang digunakan saat menandai waktu sholat datang atau juga untuk mengumpulkan warga ke Meunasah agar membahas masalah-masalah yang sedang terjadi dikawasan tersebut.
Tambo terbuat dari batang iboh, kulit sapi, dan rotan turut digunakan untuk merentangkan kulit.
Bentuknya hampir mirip dengan gendang dan dimainkan dengan cara dipukul,juga termasuk dalam kategori membranofon.
15. Rebana Kompang
Pada masyarakat Aceh Rebana ini disebut Rebana Kompang. Pada dasarnya Rebana merupakan alat musik yang berasal dari Timur Tengah.
Kemudian berkembang dan menyebar luas di negara-negara lainnya seperti Indonesia, Singapura, Malaysia, dan juga Brunei Darussalam.
Rebana ini sering kita jumpai saat melihat penampilan Qasidah.
Di atas adalah beberapa jenis alat musik tradisional Khas Aceh yang sampai saat ini masih sering di gunakan.
Sebagai generasi muda hendak nya kita wajib melestarikan alat-alat musik tersebut.
Agar di masa yang akan datang, alat-alat musik tradisional tadi tidak hilang begitu saja.
Dan hanya menjadi sejarah bagi generasi setelah kita.
Demikian pembahasan kali ini, semoga informasi ini bisa bermanfaat untuk semua nya.
Terima kasih.